When Reality Bites...
11:54 PMKeluar rumah.
Dulu dua kata ini nggak pernah terlintas di benakku. Dari playgroup sampai dapat gelar sarjana, aku selalu di rumah. Kehangatan rumah selalu jadi penenang dikala duniaku rasanya sangat susah, padahal susahnya masih dalam batas tugas yang sulit banget buat dikerjain atau waktu yang nggak bisa diajak kompromi karena harus melakukan kewajiban sebagai seorang anak dan mahasiswa yang jam kuliahnya kadang bisa ajaib sampai jam 8 malam.
Setelah sarjana, ternyata Tuhan membawaku untuk pindah ke Barat.
Di sini banyak sekali pengalaman karena ini merupakan kali pertama dalam menghadapi semuanya sendiri.
Mulai dari yang basic, yaitu soal cari makan dan mengatur kamar kos.
Sampai yang rumit, seperti harus patah hati beberapa kali karena ternyata rencana professional tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan ataupun harus bersitegang dengan beberapa individu. Ada yang berakhir baik, ada yang bahkan saling nggak ngobrol dalam beberapa waktu.
Di luar rumah belajar banyak hal. Di luar rumah kita belajar menata perasaan kita sendiri.
Ketika kita (merasa) dunia ada di tangan kita karena uang yang kita miliki, beberapa minggu/bulan kemudian semua bisa berbalik. Bukan menjadi miskin tiba-tiba a la sinetron, tapi Tuhan menunjukkan kita hanya setitik kecil di dunia ini.
Ketika kita merasa berkuasa akan sesuatu, Tuhan dengan caraNya mengingatkan kita bahwa hal itu bisa hilang dalam hitungan detik.
Tapi kuakui hal yang paling sulit ketika realita menghantam kita adalah menata perasaan.
Mungkin kalau di rumah kita bisa egois. Pulang ke rumah, lagi bete, langsung tidur aja ke kamar. Makan, minum, hiburan sudah ada di depan mata. Kalo ada yang ga bener, kadang kita bisa "teriak"
Kalo di luar rumah, kita bisa apa?
Kesel pas pulang dari kerja/kuliah, ya udah dipendem sendiri. Laper? Ya keluar lah cari makan. Penjual makanan juga ga bisa kamu bentak seenaknya kalau kamu nggak puas dengan rasa makanannya.
Ketika realita sudah menghampirimu, maka sikapmu lah yang menentukan apa yang akan terjadi di masa depan.
Kalau kamu menghadapinya dengan egois dan kasar, tanpa sadar kamu sudah melukai orang-orang di sekitarmu. Dan ketika kamu sedang susah, bisa jadi mereka nggak akan mau membantu kamu.
Ingatlah, bahwa hidup di dunia ini tidak bisa sendiri. Harus saling membantu, dan bisa jadi emosimu menjadi penolong kelak.
0 comments