Ahok: A Leader Also A Human

8:51 PM

Disclaimer dulu deh sebelum memulai postingan ini.
Saya bukan pendukung Pak Ahok. Saya bonek, jadi hidup mati dukung Bu Risma.
Tulisan ini dibuat hanya untuk membagi pengalaman saya sewaktu diberi kesempatan magang di kantor gubernur Provinsi DKI Jakarta selama 6 bulan.

Here we go...

Kesempatan ini saya dapatkan di Bulan Juli 2015 lalu, awalnya saya daftar bukan karena ini gubernurnya Pak Ahok tapi lebih ke ingin mencari pengalaman, masa iya (calon) S2 belum punya pengalaman kerja sama sekali, dan mengisi waktu sembari tesis karena jadwal kuliah sudah kosong.

At first, I have no idea what government looks like. Selama yang aku tau dari mami yang kerja sebagai PNS di Surabaya, ya sama kayak swasta lah. Mami tiap hari pulang hampir magrib dengan kerjaan segunung dan target yang agak seret. Bayanganku lingkungan PNS di DKI Jakarta ya pasti sama, la wong sama-sama PNS nya kok, yekan?

Ternyata sebulan di sana sudah bikin agak kaget, ritme yang agak lamban dan orang-orang yang bermuka dua mudah sekali dijumpai di sini. Apalagi kepada kami, anak magang, yang berada di bawah gubernur langsung. Banyak yang bersikap manis dengan maksud ingin dilaporkan yang baik-baik pada Bapak (Pak Gubernur). Namun apalah kami, anak-anak magang ini memang tidak ada intensi jabatan ataupun uang. Sebagian besar dari kami hanya ingin melihat pemerintahan bersih dan membantu mewujudkan berbagai macam program agar DKI Jakarta ini menjadi percontohan bagi banyak daerah.

Sebagai informasi, para peserta magang awalnya tidak mendapat gaji selama magang. Hanya yang namanya makanan, minuman, serta kebutuhan perkantoran terjamin. Namun dengan banyaknya peserta dari luar DKI Jakarta, maka Pak Ahok berupaya memberi pengganti uang transport di periode magang setelah saya... anak kos makan siang dan malam terjamin saja sudah cukup senang :))

Pertama saya membantu di bidang BUMD.  Hal yang saya kira masih berbau swasta dalam sebuah pemerintahan, ternyata sama bobroknya dengan instansi pemerintahan. Terlalu banyak campur tangan para PNS dan anggota dewan dengan kedudukan tinggi sehingga BUMD yang harusnya menjadi cash cow dari pemerintahan malah ambil untung yang kebanyakan dan pelayanan yang sangat standar. Saya melihat sendiri bagaimana ketegangan sebuah RUPS dan kami, para staff ahli dan anak magang, yang sudah siap dengan plan A sampai Z kalau-kalau ada dewan komisaris yang bertindak di luar akal sehat. 
Saya cuman bisa geleng-geleng, oh gini ya real word. Oh gini ya, di pemerintahan itu.

Selanjutnya saya berkesempatan membantu Dinas Pendidikan melalui program Kartu Jakarta Pintar. Nah, kalau kasus UPS Lulung vs Ahok, pasti tahu kan. Dinas ini memang agak basah dan panas, Banyaknya penduduk DKI Jakarta otomatis membuat banyak siswa yang harus diurusin, otomatis dana yang dikeluarkan untuk dinas ini juga tidak sedikit. Maka dari itu, perlu diawasi secara seksama bagaiman dana pendidikan ini digunakan dan program utamanya adalah Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang dikhususkan untuk anak tidak mampu.

Pernah merasakan bekerja di dua tempat yang berbeda membuat saya jadi paham, pemerintahan itu penuh orang-orang yang bagus yang tertutupi oleh orang-orang yang jelek. Lalu apa bedanya dengan swasta? Pertanyaan ini awalnya juga menjangkiti saya, namun seorang teman menjelaskan bahwa hal-hal yang ada sekarang itu akibat dari rekrutmen PNS dengan prinsip pokoke-kenal-bisa-jadi-PNS. Yah.. itu akibatnya sekarang. Sogok kanan-kiri di jaman dulu membuat orang-orang tidak kompeten ini sudah ada di posisi jabatan tinggi yang membuat mereka keblinger dengan uang yang ada dan melupakan tanggung jawab besarnya.

Mengenal secara pribadi pun saya juga tidak terlalu dekat dengan mantan bos saya ini. Pernah beberapa kali makan siang dan makan malam satu meja, ikut rapat pimpinan tiap hari Senin dan ikut beberapa kali rapat kecil yang harus menghasilkan keputusan, saya amaze dengan beliau.

Kalau dari luar Bapak kayaknya dilihat marah-marah aja, sebenarnya beliau adalah pribadi yang lucu. Selalu selalu dan selalu ada joke segar di tiap kali acara makan. Joke-joke itu berasal dari pengalaman hidupnya yang dulu ataupun rapat yang barusan. Kalau saya boleh tarik kesimpulan, beliau memandang hidupnya sebagai sesuatu yang lucu dan selalu mengambil hikmah dalam setiap ceritanya itu.
Memang suaranya yang keras sempat bikin kami kaget. Dikira Bapak lagi marah-marah di ruang sebelah, padahal beliau lagi asik cerita betapa rumitnya mengatur BPJS di DKI Jakarta ini. 
Kalau kalian sering lihat di tv beliau marah-marah, ya mungkin wartawan lagi nyegat abis rapat. Jujur saja, kalau saya di posisi beliau dan harus menghadapi anak buah yang ga karuan keakuannya saya juga pasti mudah darah tinggi. 
Pernah 2x (dalam 6 bulan) saya ingat beliau memang benar-benar bad mood seharian. Ah, yang kalian lihat di tv nggak ada apa-apanya. Beneran bikin atmosfir ruangan staff jadi nggak enak pokoknya.

Sebagai seorang professional, saya benar-benar merujuk beliau sebagai panutan karena saya melihat sendiri bagaimana kerasnya beliau bekerja dengan professional. Beliau selalu hadir pagi-pagi sebelum para staffnya lengkap datang dan pulang setelah jam 7, tidak seperti PNS pada umumnya yang ada di DKI Jakarta yang saya tahu. Dalam pikiran beliau selalu mencari solusi bagaimana rakyat DKI Jakarta ini bisa hidup enak dan layak. Tidak jarang tiap kali kepikiran suatu ide beliau menulis di notes handphone nya dan langsung menghubungi anak buahnya... meskipun itu kadang jam 12 malam. Bahkan bangun tengah malam kalau kepikiran ide, beliau bakal chat anak buahnya supaya ide itu tidak hilang dan menguap begitu saja.

Sebagai seorang pemimpin yang juga manusia, tentu ada yang kurang. Dari pengamatan saya, merotasi pegawai dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang amat singkat kadang bisa menjadi polemik sendiri di kalangan para anak buahnya. Namun saya memahami tujuannya, yaitu ingin  mencari orang yang tepat dan cepat dalam melaksanakan perintah atasan. Karena di DKI Jakarta sendiri sudah terlalu lama masyarakat butuh hal-hal dasar (seperti pelayanan satu pintu, misalnya) untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Seorang pemimpin juga tidak bisa bekerja sendiri, butuh bantuan orang lain. Namun terkadang orang lain tersebut tidak semua bisa membantu. Oleh karena itu beliau sangat percara pada program magang ini untuk menjaring orang-orang yang memang berniat membantu DKI Jakarta untuk menjadi lebih baik tanpa ada intensi uang ataupun jabatan. Ternyata banyak! Banyak orang dengan pendidikan dan pengalaman menakjubkan yang bersedia mengulurkan tangannya untuk membantu beliau.

Terlepas dari pilgub DKI yang panas dan keinginan Pak Ahok untuk maju sebagai calon independen, secara pribadi saya amaze dengan Bapak satu ini. Beliau secara tidak langsung mengajarkan saya menjadi seorang professional dan bekerja dengan hati. Apapun kata orang, biarin aja, yang penting Tuhan tahu kamu niatnya baik, Terimakasih Pak atas pelajarannya selama 6 bulan ini, sangat bermanfaat bagi saya dan kehidupan saya di masa depan.
Doa yang baik-baik untuk Bapak dan keluarga, semoga makin banyak dari kita yang bisa meneruskan perjuanganmu.


PS: Pak, belum sempet selfie... T___T  

You Might Also Like

4 comments

  1. Aduh... kasian banget kamuh nak... kalimat terakhirnya ngenes 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. 😅😅 ya abis gimana.. cita2 selfie sama si bapak belum kesampaian padahal udah di sana 6 bulan

      Delete
  2. jangan nangiss... *lap-in air mata*

    ReplyDelete

Total Pageviews

Warung Blogger

Flickr Images