Idul Fitri dan Saudara yang Berkurang Satu Demi Satu
10:21 AM
Selamat Idul Fitri.
Post ini memang telat karena baru bisa duduk diam di depan
laptop H+3 setelah lebaran. Ribet urusin banyak tamu, anter sana-sini dan
beresin rumah. Tapi beberapa hari ini membuat pikiran merenung. Lebaran kali
ini sama seperti lebaran sebelumnya, di Surabaya dan dihabiskan bolak balik ke
rumah nenek dan rumah pondok kayak kipas angin. Kita sekeluarga selalu jadi
bagian seksi sibuk buat ngurusin tamu di rumah nenek.
Kalau lebaran dulu selalu identik dengan uang “galak gampil”
dan berlomba siapa yang dapat paling banyak. Namun rasanya sekarang bisa
sungkem mbah-mbah secara lengkap saja sudah bahagia.
Sudah beberapa tahun belakangan ini rumah nenek memang
selalu kedatangan tamu paling banyak. Gimana nggak, nenek sudah jadi orang yang
dituakan sehingga semua saudara yang jauh maupun dekat pasti ke rumah nenek
untuk silaturahmi di hari lebaran. Di titik ini saya sadar, umur manusia memang
tidak bisa ditebak. Tolak ukurnya bagi saya adalah dari lebaran tahun ini dan
lebaran tahun kemarin. Mbah siapa yang sudah berpulang atau saudara siapa yang
harus dikunjungi karena sudah sakit.
Saya dulu ingat ketika masih SD-SMP, setiap kali lebaran di
hari kedua, kami sekeluarga besar pasti keliling Surabaya karena banyaknya
saudara yang harus dikunjungi. Bertahun-tahun kemudian jumlah yang dikunjungi
berkurang dan akhirnya sampai pada di mana sudah tidak ada yang dikunjungi dan
nenek sendiri lah yang menjadi dituakan sehingga dikunjungi oleh banyak orang.
Tiba-tiba ada pertanyaan menyelinap di pikiran saya, sampai
kapan nenek kakek ini akan dikunjungi oleh banyak orang? Sampai kapan kami
sekeluarga bakal sibuk ngurusin rumah nenek tiap kali lebaran tiba?
Kakek Nenek yang sudah semakin tua dan semakin rewel kadang
bikin kesel sendiri. Sudah semakin mirip anak kecil yang ingin semua diturutin
tapi kadang semua juga nggak sesuai dengan kemauannya. Setiap kali kami, saya
dan adik-adik, mengeluh karena sulit menuruti kemauan kakek nenek, mama selalu
mengingatkan bahwa belum tentu tahun depan bisa berlebaran dengan formasi
lengkap kakek dan nenek. Apalagi kakek yang sudah semakin lemah karena
sakitnya, membuat kami bertiga berbesar hati untuk berusaha meladeni kakek dan
nenek semampunya.
Saya tidak tahu bagaimana tradisi lebaran kalian semua,
apakah lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga besar, pergi travelling
dengan keluarga inti saja atau bahkan malah bepergian sendiri mumpung tempat
wisata lagi sepi? Tapi jangan lupa selalu ada keluarga kalian yang menanti di
manapun kalian berada.
0 comments