Puasanya Anak Rantau
8:59 PMSelamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman semua :)
www.weheartit.com |
Sekarang aku bakal cerita tentang puasa jauh dari keluarga. Iya, puasa di Indonesia selalu identik dengan kebersamaan keluarga. Sehingga puasa jauh dari keluarga itu seperti jalan sendirian nyari angkot tapi ga ketemu-ketemu, capek & sedih.
Buat kalian yang lagi merantau, entah karena kuliah atau pekerjaan yang mengharuskan jauh dari kota yang selama ini kalian cintai, puasa di tahun pertama pasti sedih. Nggak ada mama yang tiap sahur teriak-teriak bangunin kalian dan hidangan buka puasa yang tiba-tiba sudah di meja, Tapi yang ada kalian harus struggling sendiri buat bangun sahur, siap-siap sendiri, dan berburu sendiri ta'jil ketika waktu berbuka.
Iya, guys. Gapapa kok, pengalaman kayak gitu emang kerasanya bikin nangis di awal. Tapi itu yang bikin kita makin sadar arti keluarga dalam hidup kita. Dulu pasti bete mama teriaknya kenceng banget buat bangunin sahur, tapi setelah merantau justru teriakan itu yang paling kita rindukan. Itu yang namanya adaptasi.
Adaptasi/adap-ta-si/ n penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan, dan pelajaran.
Proses adaptasi itu pasti nggak ada yang enak karena kita dipaksa untuk keluar dari zona nyaman yang sudah kita ciptakan sendiri. Begitu juga di bulan Ramadan ini kita dipaksa untuk jadi lebih mandiri, nggak peduli lagi males atau lemes.. hey it's rhyme.. kita dipaksa untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri.
Okay, let me tell you my story
I've been in Bogor for 3 times of Ramadan.
The first year was like hell. I felt miserable and lonely. Although I have boarding-mates around me, I still feel lonely. I miss my family like a lottt.... I miss doing sahur with all my family in dining room. I often missed sahur cause I woke up super late. My problem not finish until the break-time. I have to go around my neighborhood to find some food. Well, I was exhausted, lonely and dull.
My second year, I spend my Ramadan in Jakarta. During this time I did internship there so the struggling time is only in Sahur. My break-time already provide by the office. But, oh damn, my struggle is doing the commute between Jakarta-Bogor which is suck. The train at 5 AM already full with people and at 7-8PM also. Oh my God, I was cried a lot back then. Not so lonely but it was bad.
And now, here it is. My third year of Ramadan far away from home.
I don't feel anything, it is just like any other ordinary day. I do Sahur with two slices of bread, milk and ion water; Break-time with fruit and food that I can buy around or cook. I take it easy and simple.
Jadi kalo sekarang kalian merasa sedih karena nggak bisa kumpul sama keluarga sebulan penuh di Ramadan ini, it is okay. Cry if you want to. But remember that it is just a phase that will fade away. Justru ini yang membuat kamu semakin kuat buat apapun ke depannya.
Selamat berpuasa semua :)
2 comments
Jadi inget pepatah juga.. segla sesuatu akan berubah yg tidak akan berubah adalah perubahan itu sendiri.. dan manusia hebat adalah yang mampu beradaptasi terhadap perubahan itu sendiri...
ReplyDeleteKembali diingatkan sama tulisan di atas ... :?
True. Perubahan dan adaptasi itu nggak ada yang enak, tapi hasil dari semua itu yang bikin kita jadi lebih baik dari dulu :)
Delete