Spotify Now Oficially Fulfill My Day :)

11:24 PM

Musik.
Sebenarnya hal ini nggak pernah lepas dari hidup saya. Di mobil harus ada musik, mau mandi pagi ngumpulin semangatnya pake musik, lagi makeup harus ada musik, lagi masak kalo bisa musiknya. So, music is already part of my life. Makanya dulu bela-belain beli iPod 5 biar bisa dengerin musik. Meski dibilangin ngapa beli iPod nanggung amat nggak iPhone sekalian.... lha wong emang beli biar bisa dengerin musik lewat itunes dulu.

Perkembangan musik portable sudah dimulai dari dulu, sejak jaman walkman keluaran sony yang booming hingga kejeniusan Steve Jobs yang membuat musik mau tidak mau harus berubah ke bentuk yang lebih digital agar lebih banyak didengar oleh penggemarnya. Tidak hanya bagi konsumen, tapi bagi para produsennya hal semacam ini juga membuat mereka harus berbenah dari segi produksi, marketing, hingga finansial. Jangan lupa, Apple dulu meledak gara-gara iPod mereka (yang saat ini pasarnya tidak mereka garap dengan baik) dan bukan dari ponsel pintar seperti sekarang.

Tinggal di negara berkembang seperti kita ini memang harus ekstra sabar untuk menunggu sebuah perkembangan teknologi. Satu tekonologi sudah dirilis di luar negeri, kita masih harus nunggu beberapa minggu, bulan, bahkan tahun untuk bisa menikmatinya. Padahal dari segi konsumen pasti ada, namun dari segi keribetan Indonesia memang nomer satu. Contoh? Lihat aja Netflix yang di banned sama provider lokal dengan dalih menyebarkan konten porno, padahal mah palingan gara-gara doi nggak digandeng kerjasama.

Enough with Netflix, karena tanggal 31 Maret kemarin Spotify Indonesia akhirnya hadir. Kita yang selama ini tergantung sama iTunes yang making serakah dan nggak user friendly sama sekali di update terakhirnya akhirnya bisa bernafas lega ada music library yang bisa dijadikan alternatif pilihan. Banyak sih developer yang sudah masuk ke ranah music library ini mulai dari guvera dan joox, tapi mereka hanya meledak sesaat dan tenggelam. Nah, bagaimana dengan Spotify? yah kita tunggu aja beberapa bulan lagi.



Tapi yang bikin saya penasaran adalah bagaimana spotify ini menghasilkan uang? Bagaimana ia menjaring konsumennya? Karena jujur saja, dari semua music library yang pernah saya gunakan, spotify adalah salah satu apps yang paling mengesankan. Dulu sempet kepincut sama Apple Music, tapi setelah doi me-nonaktifkan fitur listening offline, saya langsung patah hati dan pindah ke lain hati.

Spotify merupakan music streaming platform yang diciptakan Daniel Ek dan Martin Lorentzon di tahun 2006. Pertama kali ditemukan bukan berarti langsung meledak seperti sekarang, tapi cukup melalui proses yang sulit karena menciptakan hubungan antara pendengar musik dan label produksi rekaman bukanlah hal yang mudah dengan konsep seperti Apple (iTunes) ini. Goal dari founder ini adalah supaya setiap orang dapat mendengarkan musik tapi juga tetap memberi keuntungan pada para pemusik dengan menghindari pembajakan.
Selama ini orang membajak musik (at least yang saya amati di Indonesia) karena harga untuk membeli kepingan CD/Kaset original jaman dulu itu mahal. Satu CD kalo ga salah ingat paling murah itu 65ribu, ada juga yang 165ribu. Itu cuman dapet satu penyanyi yang nggak semua lagu di satu album itu enak untuk didengerin berulang kali kayak lagu hits nya. Konsumen butuh kompilasi, sehingga mereka bisa mendengar semua lagu enak dalam satu CD. Akhirnya keluarlah beragam macam kompilasi namun tetap saja tidak mengurangi pembajakan. Ya memang karena dari awal ini tentang harga.

Spotify telah memberi sudut pandang baru bagaimana industri musik menarik penghasilan mereka serta memberi kesempatan teknologi sebagai perantara antara industri musik ke konsumen. Jika dulu kita kenal MTV sebagai perantara industri musik ke konsumen, maka jaman telah berubah dan memaksa MTV kehilangan banyak penggemar karena mereka tidak beradaptasi dengan teknologi yang ada.


Gambar di atas merupakan alur bagaimana musik dan uang mengalir. Gambar pertama di era MTV, yaitu MTV sebagai media promosi bagi industri musik. MTV bukan pusat dari media namun hanya sebagai perantara karena pendapatan masuk dari label dan diteruskan ke artist. Ini membuat stigma bahwa seorang artist harus mempunyai label jika ia ingin dikenal karena di situlah satu-satunya pendapatan mereka. 
Sedangkan di era Spotify sekarang, ia merupakan pusat dari media karena selain sebagai promosi, Spotify juga menjadi platform bagi para penikmat musik. Artist tidak hanya bergantung pada label tapi juga mendapat royalti dari Spotify. Inilah yang menurut saya kehebatan dari proses bisnis Spotify.

Selain itu target market Spotify yang memang jelas-jelas menyasar anak muda pengguna gadget. Ia menduplikasi dari iPod dan iTunes. Tidak seperti music library yang lain yang pernah saya coba (Guvera dan Joox), Spotify mempunyai music player sendiri layaknya iTunes. Pokoknya device kita terhubung dengan internet, kita bisa mendengarkan semua lagu yang ada di gudang Spotify. Tentunya hal ini akan lebih maksimal jika kita berlangganan sebagai user premium dengan tarif 50,000/bulan. Cukup murah menurut saya, dibanding Guvera atau Apple Music.

 Lagunya lengkap. Lengkap banget. Hampir sama seperti Apple Music minus Taylor Swift. Mbak Swift ini rada pelit emang, sok ekslusif cuman mau dikontrak Apple doang -_-.
Lagu dari dalam negeri, luar negeri baik US maupun non-US lengkap. Korea aja ada dan lengkap banget. Semua bisa dimainkan dengan baik dan kualitas suaranya jernih.

Ada dua hal yang bikin saya tersepona sama Spotify. Yang pertama adalah playlist. Playlist Spotify selalu update tiap minggunya, baik itu dari official Spotify ataupun Spotify regional di tiap negara. Slain itu kita bisa searching playlist yang kita inginkan. Misal, kita pengen dengerin lagu jazz buat sarapan. Tinggal tulis aja di kotak search "Jazz for Breakfast" dan kita akan langsung disuguhkan hal-hal yang terkait dengan apa yang kita cari. Mulai dari judul lagu, artist, nama user, album dan playlist yang orang lain buat dengan menggunakan judul serupa.

Hal yang kedua adalah lagu yang kita inginkan bisa dipilah-pilah menurut playlist yang kita mau. Saya adalah orang yang suka mendengarkan musik top40 tapi di lain waktu saya juga senang mendengarkan penyanyi yang nggak terkenal hanya untuk menjadi background aktivitas saya. Saya nggak mau dong hal ini tercampur-campur. Nah Spotify rupanya paham akan hal ini, sehingga lagu-lagu yang saya download berbeda dengan beberapa playlist yang saya juga download. Bingung ga interpretasinya? Hahahah

Makanya, coba deh dowload dulu Spotify di desktop atau smartphone kamu.
Mereka lagi kasih free 7 days trial for premium dan kalo kamu berlangganan premium, mereka bakal kasih bonus 1 bulan free di awal. Asik kan.

So, say goodbye to bajak ngebajak. Ngerip dari youtube ataupun beli mp3 di abang-abang pinggir jalan. Langganan Spotify aja udah bisa dengerin musik di mana aja,



You Might Also Like

0 comments

Total Pageviews

Warung Blogger

Flickr Images