14 Oktober 2016

5:24 AM

Blog kali ini khusus memang menceritakan hari ini.
Hari ini tidak spesial memang, tapi entah mengapa hari ini di pikiranku sangat ramai sehingga perlu dikeluarkan agar tidak overload.

Oke, dimulai dengan demo besar-besaran yang terjadi di Jakarta. Beritanya bisa kalian lihat di sini

Serombongan orang mengatasnamakan agama dan mengatakan membela Tuhannya dengan mengancam melakukan tindak kriminal pada seorang pemimpin. Semua atas nama agama.
Jujur saya sedih sekali membaca berita seperti ini. Apa sih yang mereka perjuangkan? Tuhan? Tuhan mereka kecil ya sehingga perlu "diperjuangkan" dengan cara sekasar itu? Saya juga muslim lho dan saya sedih sekaligus jengkel dengan hal ini.

Tuhan saya sih sudah besar, tidak perlu dibela dengan cara anarkis seperti hari ini.
Dan sejujurnya apakah sepicik itu pikiran kalian hanya karena sebuah ayat yang bahkan kalian tidak mendalaminya. Bahkan saya rasa yang terjadi hari ini sebenarnya bukan karena satu ayat yang bikin kalian rungsing, tapi ya memang pengen demo aja. Isu itu kebetulan aja lagi lewat jadi sekalian. Ya nggak?

Sedih lagi mereka demo nggak pake otak... ya iyalah kalo yang demo punya otak ya nggak demo malihh.... karena setelah demo sampah berserakan dan taman cantik di depan balaikota itu  rusak diinjak-injak oleh mereka yang terlalu sering berkata "Allahu Akbar!" tanpa tahu alasannya.

Sedih :(

Lalu tadi di kampus, diceritain teman bahwa dia beberapa hari yang lalu overheard pembicaraan pegawai kampus dengan pendidikan yang sudah tinggi berkata, "Pilih pemimpin yang ini karena dia sudah mengorbankan karirnya di militer demi jadi pemimpin ibukota. Jangan pilih yang itu karena dia bukan muslim." 
Duuh,,, hati ini jadi sedih lagi. Ternyata orang memilih pemimpin bukan dari kinerjanya tapi dari suku, agama dan ras bahkan berdasarkan kasihan.... jangan-jangan nih orang dulu milih pasangan hidup cuman gara-gara kasihan juga kalo ditolak.... Saya sangat menyayangkan pernyataan yang dilontarkan oleh pegawai ini dan tak habis pikir judgement yang dia buat berdasarkan hal tersebut. HHhhhh.....
Memang sepertinya toleransi harus dirasakan bukan diajarkan..*meminjam quote Sabang Merauke*

Oke, kita beralih ke topik kedua.
Tadi sore saat saya sedang berada di KRL dari Bogor-Jakarta tiba-tiba kereta berhenti menunggu antrian di manggarai. Pandangan mata saya melihat agak jauh ke pemukiman kumuh penduduk yang berbatasan langsung dengan rel kereta api. Saya lihat ada seorang bapak-bapak yang mandi. Iya, mandi. Nggak telenji kok, jadi nggak zina mata :p
Nah malah karena beliau mandi di tempat terbuka dan nggak telenji, cuman pake daleman doang, malah hati saya yang berasa nyess...
Saya bersyukur sebesar-besarnya saya masih punya atap untuk berlindung dan sebuah kamar mandi kecil nan sederhana yang bisa saya gunakan untuk mandi sehari-hari. Sambil nyanyi-nyanyi ga jelas, kadang malah sambil luluran sejam. Sedangkan Bapak ini mau mandi saja tidak punya kamar mandi yang layak, hanya berbekal gayung dan ember bekas cat tembok kiloan. Ia bahkan tidak punya kebebasan untuk mandi dengan layak karena ya memang tidak ada ruangan privat sekedar untuk mandi.

Ya Tuhan, terima kasih sudah memberi sesuatu hari ini untuk selalu bersyukur di hal terkecil pun. Semoga selalu dan selalu terus bersyukur di berkahMu sekecil apapun.

Ah, iya. Saya juga mohon doanya yaa besok ada tes kerja.
Semoga kalau baik buat saya dilancarkan jalannya.
Kalau tidak baik, diberi pengganti yang lebih baik.
Memilih tempat kerja bener-bener kayak milih jodoh, HAHAHA

Selamat beristirahat.


You Might Also Like

0 comments

Total Pageviews

Warung Blogger

Flickr Images