Catatan Dodol Calon Dokter: Review
9:31 PM
Kalimat pertama yang terucap ketika pertama kali nonton film
ini adalah, “ Yayy.. akhirnya ada film Indonesia yang bercerita tentang
kedokteran!!”
BANGGA!
Nggak jadi iri sama drama korea dan drama barat yang punya
segmen sendiri tentang drama medis. Mereka masih serial, Indonesia sudah punya
film tentang drama medis.
Film yang menceritakan seorang perjuangan co-as untuk jadi
dokter ini terasa benar-benar real, tanpa drama yang berlebihan. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa perjalanan seorang dokter muda tidak berhenti ketika dia
sudah wisuda S1 secara akademik, karena pertempuran benar-benar dimulai ketika
co-as karena akan berhubungan langsung dengan pasien, kalo awam bisa dibilang
semacam magang lah.
Detil-detil medis yang ditampilkan di film ini sangat rapi,
mulai dari istilah kedokteran, step by step tindakan penanganan perawatan,
sampai capeknya jadi co-as yang bikin lelah jiwa raga. Saya sedikit banyak tahu
suka duka co-as karena punya mantan gebetan teman yang sedang berjuang di co-as dan
istilah medis juga tidak terlalu awam karena tumbuh di lingkungan dokter dan
suka banget nonton grey’s anatomy dan dr.House….. ya mungkin kalo serial barat yang ini tiap stepnya juga belum tentu
bener juga sih, hahaha…
Film ini juga menampilkan secara detail scene pembedahan dan
tindakan-tindakan medis yang belum pernah saya jumpai di film atau serial
Indonesia. Hampir sebagian besar penonton dibioskop agak bergidik melihat
adegan pisau bedah yang baru pertama dihujamkan ke tubuh pasien untuk operasi
pembedahan. Tapi baguslah, karena ini merupakan pembelajaran awal bagi
masyarakat bahwa pekerjaan dokter itu ya seperti itu. Mulia namun penuh dengan
risiko.
FYI, saya sudah lama jadi follower dr. Ferdiriva di twitter
semenjak film ini belum keluar dan selama proses pembuatan beliau seringsekali
ngetwit tentang pembuatan film ini. Sangat detail, beliau bahkan mensupervisi
sendiri setiap adegan agar tampak seperti aslinya. Tidak heran kalau film ini
sempat dibawa ke salah satu festival film di Korea dan menjadi nominasi di
salah satu ajang penghargaan film nasional.
Akting Adipati Dolken dan Tika Bravani sangat natural.
Seakan-akan mereka memang seorang dokter muda yang sedang berjuang di co-as dan dalam
dirinya sendiri untuk mencari tujuan hidupnya sebagai seorang dokter. Akting mereka berdua membawa film ini berjalan
seperti apa adanya, nggak terlalu berlebihan dan ceritanya mengalir. Two thumbs
up !
Satu lagi yang saya suka di film ini, terasa sekali nuansa
Bhineka Tunggal Ika. Indonesia yang penuh dengan berbagai macam suku bangsa.
Tokoh utama nggak dari Jakartaaaa melulu.. kan bosen. Di sini diceritakan
secara implisit jika tokoh utama pertama dan kedua berasal dari luar Jakarta
(bahkan bisa dibilang luar Jawa), orang Sumatera. Lalu diceritakan juga tentang
seorang pasien yang keturunan etnis tiongkok dan beragama Khong Hu Chu. Hati ini senang sekali lihat film seperti
ini, karena memang ini yang namanya Indonesia. Orangnya macem-macem.
Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton. Apalagi
kalau kamu seorang penggemar drama medis atau punya cita-cita jadi dokter.
Mendingan nonton ini dulu supaya tidak terbuai oleh impian bahwa jadi dokter
itu pasti enak dan kaya. Iya, itu nanti. Tapi harus bersusah-susah dahulu
dimulai dari berjuang masuk ke fakultas kedokteran.
Selamat Menonton!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tulisan ini diikutkan dalam kompetisi bukalapak bekerja sama dengan BookMyShow
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tulisan ini diikutkan dalam kompetisi bukalapak bekerja sama dengan BookMyShow
0 comments